Kamis, 10 April 2014

Pendidikan dan Politik Part [2]



Pada tulisan terdahulu dikemukan bahwa Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah, yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya saling menunjang dan saling mengisi lembaga – lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik suatu Negara”

Politik mengorbankan pendidikan. “Suksesi suatu rezim biasanya akan berdampak pada pergantian kebijakan yang berbeda. Pendidikan diselenggarakan berdasarkan impulse sesaat para penguasa. Hal ini membuat arah pendidikan mengikuti selera penguasa” Para elit politik sering mengedepankan arogansi kepemimpinan mereka ketika menduduki jabatan tertinggi, dengan mengambil kebijakan tertentu tanpa melihat dimana kebijakan itu diterapkan dan kenyataannya kebijakan politik pendidikan yang salah akan berdampak pada pendidikan anak salah pula.

Kecendrungan Pendidikan mengikuti irama politik yang krusial mengakibatkan pendidikan Indonesia dinyatakan gagal dimana berdampak pada anak putus sekolah (pendidikan komersial). Mahalnya pendidikan Indonesia mengakibatkan munculnya pengaruh negative, mutu pendidikan dinomer duakan ketimbang nilai uang yang dibayarkan.

Kegagalan yang berikut adalah para institusi pendidik menjadi kambing congek para rezim pemerintahan yang mana pendidikan sering menjadi kuda tunggangan para elit politik, hal ini akan menjadi konflik yang berkepanjangan karena kepentingan politiklah yang dominan. Pendidikan telah terkooptasi dengan kebijakan politik sehingga secara umum tidak menguntungkan karena bisa terjadi pembusukan. Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak memadainya kualifikasi para pengambil kebijakan. Pada kenyataannya pendidikan Indonesia adalah pendidikan berbau politik bukan “pendidikan dan politik” yang mana keduanya sebagai penyeimbang atau sejalan dan berperan penting dalam membentuk perilaku suatu Negara. Dalam kondisi hubungan yang kurang seimbang tersebut, pendidikan sering hanya dijadikan sebaagai alat kepentingan kekuasaan negara. Pendidikan hampir selalu dieksploitsi menjadi hanya sekedar instrumen untuk menanamkan watak loyal dan kepatuhan bagi warga negara terhadap kekuasaan negara. Sehingga dengan dalih demi pembaharuan pendidikan telah diarahkan dan dibentuk sedemikian rupa menjadi alat efektif dalam melanggengkan keunggulan kelompok dominan (elit negara)

Mungkinkah idealisme politik rakyat harus tetap terbangun, agar proses pendidikan politik tepat guna. Sebenarnya, siapakah yang paling berperan dalam proses pendidikan dan politik untuk rakyat itu? Pertanyaan untuk direnungkan dan menjadi bahan kajian bagi kita apabila ketika kita menduduki jabatan tertentu kebijakan apa yang harus kita ambil dan bagaimana menempatkan kebijakan itu agar ketika kebijakan itu dilaksanakan akan menjadi sesuatu hal yang berguna bagi masyarakat.

Tidak ada komentar: