Prolog
Bicara mengenai pendidikan, tingkat kemajuan suatu daerah ditentukan oleh jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan, Semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin bertambah populasi kaum
terdidik (intelektual) dalam masyarakat pada daerah itu, maka semakin
berkembang dan maju pula daerah tersebut.
Sementara itu perkembangan dan tingkat pendidikan suatu masyarakat
sangat dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor yang turut
berpengaruh terhadap perkembangan dan tingkat pendidikan suatu
masyarakat adalah berkaitan dengan faktor budaya (Adat Belis). Sistem adat yang
berlaku dan dianut masyarakat pada suatu daerah, yang merupakan bagian
dari kebudayaan, turut pula menentukan perkembangan dan tingkat
pendidikan masyarakatnya. Begitu pula halnya dengan Kab.Alor
Budaya adat belis merupakan hal turun temurun yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat indonesia pada umumnya dan masyarakat NTT (Alor) pada
khususnya. Bicara mengenai belis dimasyarakat Alor masih kental dengan yang
namanya menjaga nama baik keluarga (suku) sehingga banyak sekali biaya yang
terbuang demi menjaga harkat dan martabat suatau keluarga (suku). Perlakuan belis
yang berlebihan mengakibatkan banyak sekali dampak negatif terjadi misalkan :
utang yang menumpuk, hal demikian pula juga diterapkan “utang belis” ; utang
belis biasanya diartikan sebagai penundaan belis yang dilakukan oleh keluarga
pria sehingga akan dibayar pada waktu nanti, adapun utang belis biasanya
dilakukan pertukaran (barter) antara satu pihak dengan pihak lain dengan melakukan
perjodohan yang mana salah satu pihak akan membayar mahar pihak yang lain
(laki-laki) namun dengan syarat bahwa salah satu anak perempuan dari pihak yang
mengutang harus merelakan anak gadisnya untuk dijodohkan kepada anak laki-laki mereka.
Sejatinya, belis diberlakukan untuk
menghargai kedua pihak. Baik pihak keluarga pria maupun wanita berjumpa dengan
“penghargaan tertinggi” yaitu cinta lewat ritual belis. Pihak keluarga laki
menyerahkan belis sebagai balas budi “air susu ibu”. Tetapi ini bukan barter.
Sebab, belis adalah awal dari pertalian kasih yang panjang kedua pihak.
Namun manusia modern dengan turbelensi
modernitas (principle-style) melompat liar dari substansi belis. Belis
yang sediakalanya “ritual penghargaan” dan sekarang didegradasi menjadi “urusan
perkara harga”. Segala sesuatu berkaitan dengan persiapan perkawinan
dikalkulasi sedemikian rumit untuk mendramatisir nominal belis.
Dampak Negatif Yang Ditimbulkan Terhadap Pendidikan Anak
Yang menjadi sorotan
disini adalah dengan mengindahkan kepentingan pendidikan anak demi kepedulian
terhadap pesta adat (belis) sehingga banyak sekali anak putus sekolah, pada hal
dilihat dari segi ekonomi orang tua si anak mampu untuk menyekolahkannya namun karena
banyak sekali urusan yang berbau adat (belis) sehingga konsentrasi terhadap
pendidikan anak pun tidak diperhatikan.
Hal ini sangat disayangkan karena masa
depan anak (pendidikan) tidak dapat terpenuhi.
mengingat
hal ini maka perlu adanya kesadaran dari masyarakat, pemerintah untuk
lebih memperdulikan pendidikan anak, sehingga dapat menekan angka anak
putus sekolah.
Epilog
Catatan
dalam Tulisan ini merupakan refleksi pribadi dan pengamatan
penulis menyangkut kondisi sosial-budaya Belis di kabupaten Alor, yang
seharusnya menjadi pertanyaan untuk kita renungi,bagaimana menekan
pengeluaran biaya untuk kepentingan adat belis dan lebih memperhatikan
biaya pendidikan anak
By.Natho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar