Rabu, 16 Oktober 2013

FAKTOR KENAKALAN REMAJA

Pelajar adalah simbol keberhasilan suatu daerah, namun disamping itu pelajar juga sangat rentan terhadap kekerasan, ditilik dari beberapa tahun belakangan ini banyak sekali terjadi aksi liar (anarkis) pelajar terhadap pelajar, pelajar dan masyarakat.

Kekerasan antar pelajar merupakan suatu hal yang sudah seharus nya tidak terjadi, namun lain hal nya dengan kekerasan yg marak akhir-akhir ini yaitu tawuran antara pelajar SMA. kekerasan (tawuran) yang terjadi ini pasti merupakan efek yang sudah turun-temurun diwariskan sejak dahulu.
Sudah seharus nya alur kekerasan yang ada di kalangan pelajar seperti ini dihentikan. Hal-hal macam “ kaderisasi “ (pencetakan mesin-mesin tawuran oleh para senior) ini harus di usut dan di hentikan secara tuntas untuk menghentikan alur kekerasan ini.

Semakin hari kedisiplinan masyarakat sudah semakin parah dan semakin hilang dan jika hal ini terus berlarut-larut nilai-nilai dalam masyarakat bisa hancur.

ketika kita berbicara mengenai kekerasan  pelajar hal yang perlu kita sadari bahwa peran serta orang tua dan lingkungan juga sangat berpengaruh selain nilai-nilai norma yang diberikan oleh sekolah dalam menumbuh kembangkan pemikiran mereka, sehingga hal yang tidak seharusnya tidak akan terjadi.

Peran Lembaga Pendidikan

Padahal jika ditilik dari segi perannya, lembaga pendidikan dapat dijadikan wadah yang strategis ketimbang lainnya lantaran aksi anarkistis itu muncul di lingkungan ini meski sesungguhnya keluarga, masyarakat, dan aparat penegak hukum juga turut bertanggung jawab. Lembaga ini sepatutnya menjadi pemutus mata rantai yang selama ini menciptakan generasi-generasi barbar; generasi yang mendahulukan otot daripada dialog. Sekolah tak hanya tempat untuk menciptakan peserta didik yang cerdas dalam intelektual namun juga harus memiliki kematangan dari segi moral.

Kenakalan pelajar yang semakin meningkat sekarang ini bisa berdampak buruk pada citra pendidikan di negeri ini. Seolah-olah pendidikan tidak mampu lagi menjadi fondasi yang kokoh untuk mewujudkan pelajar yang berbudi pekerti baik dan bermoral tinggi. Bahkan, dalam lingkungan belajar mendorong siswa menjadi bermental keras yang tidak diimbangi dengan penalaran positif dan cenderung berlaku egoistis baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat lingkungannya dan kelompok yang lebih luas lagi.


Peran Orang Tua

Di sisi lain, ketika pelajar dalam lingkungan luar sekolah/rumah, maka orangtua harus menjadi guru yang kompeten. Artinya, orangtua harus memiliki kapabilitas untuk membimbing dan membina anak memiliki moral baik, dan tetap menjaga serta mengembangkan bekal yang didapat dari sekolah. Sehingga anak tidak berpaut dengan pembulian atau bullying yang dapat membentuk anak berperilaku buruk.

Para teoritis dan peneliti tentang perkembangan anak sepakat bahwa orang tua memainkan peranan yang formatif dalam sosialisasi anak. Peranan tersebut sudah dimulai sejak awal masa bayi, di mana orang tua dan anak sudah saling memberikan perhatian dan mulai berkomunikasi. Anak merespon komunikasi orang tuanya melalui senyuman, kerutan kening, celotehan, dan sentuhan. Ketika mobilitas dan bahasa anak sudah memungkinkannya untuk mengeksplorasi lingkungannya secara aktif, orang tua mulai memberikan berbagai pelajaran kepada anak mengenai cara dunia sosial beroperasi dan perilaku yang diharapkan oleh dunia sosial itu dari anak. Pelajaran tersebut diarahkan untuk membantu anak belajar memiliki kompetensi sosial yaitu perseptif terhadap orang lain, kooperatif, asertif, ramah kepada teman sebaya, dan santun kepada orang dewasa.

Bertolak dari kondisi seperti itu, di sinilah pentingnya kompetensi kedua kelompok guru, yaitu guru di sekolah dan guru di rumah atau orangtua. Serta perlu sekali adanya sosialisasi tentang hal demikian. Supaya masyarakat lebih mengetahui bahwa peran lingkungan rumah juga mendominasi dalam karakter anak. (Sumber: Suara Karya, 28 September 2013)


 http://alorkalabahintt.blogspot.com/2013/10/faktor-lingkungan-mempengaruhi.html
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi - See more at: http://boyvirgojogja.blogspot.com/2012/10/7-penyebab-tawuran-pelajar.html#sthash.tIDXMVsg.dpuf







Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi - See more at: http://boyvirgojogja.blogspot.com/2012/10/7-penyebab-tawuran-pelajar.html#sthash.tIDXMVsg.dpuf